Rabu, 22 Oktober 2008

gunung sang pasak bumi

Gunung Sang Pasak Bumi

Bismillahhirohmanirrohim

Bukankah kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan?dan gunung-gunung sebagai pasak?(Q.S. An-Naba’[78]:6-7)

Dari sabang sampai meroke, dari Jepang hinnga Yunani, dari negri Adidaya hingga negri terbelakang, dari kaum intelek hingga kaum primitive, dari orang gedean hingga wongcilik. Semua manusia baik disadari maupun tidak di sadari selalu terpana dan mengakui betapa tinggi, kokoh dan besernya gunung. Bahkan karena rona gunung yang kadang-kadang susah ditebak, membuat sebagian manusia di pelanet bumi menganggap gunung adalah tempat suci atau yang lebih ekstrem tempat bersemanyan jin, dedemit dan kawan-kawan. Orang Jepang menyakralkan gunung Fuji. Dewa-dewi orang yunani tinggal di gunung Olympus. Pegunungan Himalaya merupakan tempat dewanya orang India dan Tibet. Gunung merapi dianggap angker oleh orang yogjakarta. Gunung Bromo merupakan kahyangan penduduk Tengger. Gunung Agung tempat dewanya orang Bali. Gunung Geulis bias membuat bulu kunduk orang Cikembar dan sekitarnya berdiri. Semua mengartikan gunung pada fungsi mistik supranatural. Hanya Islam yang menempatkan kembali fungsi gunung secara ilmiah.

Dalam al-quran kita dapat temukan kata gunung sebanyak 49 kali. Diantaranya, 22 ayat menyebutkan fungsi gunung sebagai pasak. Pasak atau paku besar merupakan benda yang menancap kedalam artinya kepala pasak yang tampak di luar selalu lebih pendek dibanding panjangnya batang yang terhujan kedalam bumi. Akar gunung bias menghujam 15 kali lipat dari tinggi diatas permukaan bumi(gunung). Al-Quran yang di wahyukan pada rasulullah 14 abad yang lalu telah memegaskan bahwa fungsi gunung adalah sebagai pasak bumi yang memancang kedalam tanah dengan kokoh. Itu sebenarnya merupakan konsep tentang gunung yang sangat mutakir dan baru di kenal. 20 tahun yang lalu para ahli goefisika menemukan bukti bahwa kerak bumi dari waktu ke waktu mengalami perubahan maka dari penemuan itu terlahirlah teori lempeng tektonik ( plate tectonics) yang menyebabkan asumsi bahwa gunung mempunyai akar yang berperan menghentikan gerak horizontal lithosper. Sekali lagi ini menunjukan betapa agung dan dasyatnya pesan-pesan ilmiah yang tertera di dalam Al-Quran itu, ayat-ayatnya selalu berdampingan, membenarkan dan mendukung ilmu pengetahuan bahkan Al-Quran merupakan stimulasi (rangsangan) bagi kemajuan ilmu pengetahuan di masa depan, Al-Quran akan menjawab dan membatu masalah-masalah kini dan kelak insya allah .

Dan dia allah menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi tidak goncang besarta kamu….”(Q.S.An-Nahl[16]:15)

Rasulullah SAW bersabda,” tatkala allah menciptakan bumi, bumi bergoncang dan menyentak, lalu allah menenangkannya dengan gunung.” Bagaimana mungkin nabi yang hidup pada abad ke-6 di tengah masyarakat padang pasir, di saat ilmu pengetaruan dan teknologi masih sangat terbelakang, bisa mengetahui tentang gerakan horisontal lithosper bumi yang berfungsi menstabilkan goncangan? Subhanalloh

Teori lempeng tektonik menyebutkan bahwa kulit bumi berupa 12 lempeng lithosfer setebal 5 sampai 100 km mengapung di atas substratum plastis (astenosfer). lempengan itu bergerak secara horizontal dan saling bertabrakan dari waktu ke waktu dan terlipat keatas dan kebawah, melahirkan gunung-gunung. Misalnya, tabrakan lempeng India dan lempeng Eurasia menghasilkan formasi rantai pengunungan himalaya dengan puncak tertingginya gunung Everest setinggi 8,848 km, terbentuk mulai 45 juta tahun yang lalu. Fase akhir terbentuknya gunung di tandai dengan akar yang menancap kedalam bumi. Hal ini menyebabkan melambatnya pergerakan lempeng lithosfer. Itulah fungsi gunung. Tampa gunung, gerakan lithosfer akan lebih cepat dan tabrakan antarlempeng akan lebih dramatis dan mungkin membahayakan kehidupan. Wallaahu’alam.