Sabtu, 13 Juni 2009

perpecahan yang tidak harus terjadi

Dunia islam khususnya di Indonesia menjelang pemilihan umum baik tingkat daerah maupun nasional setidaknya akan tercipta dua kubu besar partai dan anti-partai. Islam yang dihadirkan melalui pewahyuan menurut sebagaian kalangan tidak hanya mengatur cara mandi dan berwudhu tetapi mengatur seluruh aspek kehidipan, berpolitik salah satunya. Memisahkan agama dan negara menurut kalangan tetentu adalah ide paling modern, “urusan dunia diberikan kepada pemerintah dan urusan agama diberikan kepada yang mengerjakan agama”.(Ir Soekarno). Statement inilah yang akhirnya melahirkan jargon “ISLAM YES, PARTAI ISLAM NO”(Nurholis Majid ). Jargon yang lahir pada masa ORBA ini tentu tidak dilahirkan dengan kesia-siaan belaka, dibaliknya ada maksud teselubung, ini semacam politik belah bambu atau devide et impera dan sasarannya adalah umat islam agama no 1 di Idonesia. Setelah runtuhnya komunisme maka kekuatan islam memang sangat naik daun. Maka, pemerintahan orde baru berusaha menekan umat islam. Tekanan terhadap kekuatan-kekuatan politik islam dilakukan dengan sistematis, dan dilaksanakan melalui berbagai cara. Kata soemitro, mantan pangkopkamtib:

Terhadap Islam, pemerintahan Orde Baru dan Angkatan Darat khususnya sejak awal mengenai kemungkinan naiknya pamor politik kekuatan politik Islam. Jatuhnya kekuasan ekstrim kiri PKI-yang kemudian secara formal diperkuat dengan keputusan pembubaran PKI-secara politis mengakibatkan naiknya pamor politik islam, sehingga terjadinya ketidakseimbangan(imbalance). Sayap Islam yang sedang mendapat angina kemudian cenderung hendak memperkuat posisinya. Padahal disadari oleh Angkatan Darat ketika itu bahwa didalam sayap Islam masih terdapat bibit-bibit ekstrimisme, yamg amat potensial. Sehingga policy umum militer itu sebenarnya adalah menghancurkan kekuatan ekstrim PKI, dan menekan(bukan menghancurkan) sayap soekarno pada umumnya, sambil secara amat berhati-hati mencegahnya naiknya sayap Islam.”(Heru Cahyono, Soemitro dan Peristiwa 15 Januari 1974,(Jakarta: Pusaka Sinar Harapan, 1998),hal.46 .
Periode 1967-1987 menurut aktivis ankatan 66, Hussein Umar, pemerintah Orde Baru melakukan deideologisasi, depolitisasi, dan sekularisasi.” De-Islamisasi politik dan depolitisasi islam adalah bagian dari kebijakan kekuasan yang mencerminkan sikap Islamofobia,”kata Hussain Umar dalam sebuah seminar dakwah di Gedung Perpustakaan Nasional Jakarta, 24 Juni 1995. itulah babak awal penghancuran politik kekuasan islam. Kristenisasi merajalela, berbagi pogram pendangkalan akidah, penghapusan libur Ramadhan.

Tentu kita sebagai umat muslin tidak habis pikir kenapa dan kenapa Siapa dan apa maksud dibalik ini semua.
Adalah Peter Beek yang dikenal sebagai Pastor dari Ordo Jesuit yang juga merupakan tokoh CSIS mempunyai kebijakan yang dikenal dengan Lesser evil Theory(teori setan kecil). Setelah komunis dihancurkan, beek melihat ada dua ancaman yang di hadapi umat Katolik di Indonesia. Kedua ancaman sama-sama berwarna hijau, yaitu Islam dan Tentara. Tapi beek yakin, tentara adalah ancaman yang lebih kecil dibanding dengan Islam yang dilihatnya sebagai setan besar. Berdasarkan hal itu, maka perintah Beek kepada kadar-kadernya,”rangkul tentara dan gunakan mereka untuk menindas Islam” . dan pada waktu yang bersamaan dikirimnya para intelektual islam kenegri barat oleh aparat pemerintah menyebabkan semakin maraknya penganut islam liberal. Kini penghancur Islam bukan hanya oleh para orientalis barat tetapi para cendikiawan islam yang pola pikirnya telah kebarat-baratan berandil pula dalam penyekularisasian islam di Indonesia . Islam kini menang telah dikepung, pembangkang islam akan terus berjuang dan hidup untuk satu tujuan islam tidak boleh bangkit apalagi berjaya. Ribuan sejarah telah mencatat betapa gigihnya perjuangan mereka hanya untuk menentang sunatullah yakni Islam adalah Al-Hak. Mereka mengetahui betapa efisiennya berintrik dengan cara kekuasaan mereka tau jika islam berkuasa adalah hal yang paling menakutkan untuk hegemoni dan kepentingan mereka. Perlahan-lahan mereka matikan politik kekuasan Islam dengan cara membual, menipu, menyelewengkan fakta, adu domba. Mereka ingin mengkotak-kotakan perjuangan Islam. Mereka tertawa saat umat islam berjuang sendiri-sendiri untuk Islamnya. Masalah internal islam semakin hari semakin ruyam. Pembahasan umat islam bukan lagi bagaimana memajukan islam, melakukan penelitian atau pengembangan teknologi, industri dan berbisnis. Debat kusir mencari siapa yang paling benar tentang fatwanya. Relakah kita setelah tau mereka mempermainkan dan yang sangat mereka inginkan adalah sikap kedengkian yang semakin tertanam pada umat ini. Kita harus balas perbuatan mereka, buat mereka takut dengan merebut kekuasaan. kita bangkitkan kembali kekuatan politik islam. Selama ini mereka tidak mau islam ada diparlemen. Islam mengaji saja di mesjid biarkan pemerintahan kita yang atur kalian tau beres saja. Itu katanya…. Mungkin yang menggagas pengkafiran kepada saudara kita yang berjuang lewat parlemen adalah kader yang menyusup. Melakukan pencuian otak kepada kita yang telah bosan dengan ketidakadilan ini. Mereka pelajari islam dan hafal Al-Quran hanya untuk mencari hal yang bisa diselewengkan, menyamarkan ajaran-ajaran islam karna keilmuan mereka di bidang islam boleh jadi lebih pandai dibandingkan dengan umat islam itu sendiri. Mengenai seorang muslim yang bergelut di dalam system yang tidak islami kenapa harus dengan mudah dikatakan kafir mengapa mengansumsikan mereka berpegang kepada taughut kenapa tidak mengansumsikan mereka seperti nabi Yusuf AS yang menawarkan diri menjadi bendahara Negara yang padahal kita tau Negara itu tidak menggunakan system islam. Nabi Yusuf AS lakukan itu karna cintanya kepada Allah SWT dan umatnya. Kita bisa ikikuti niat dan perbuatan nabi Yusuf AS di masa ini. Kenapa tidak….. bukankah sejarah selalu terulang kembali.

Sejarah mencatat pula runtuhnya kekholifahan utsmani adalah ulah penyusup yang mempelajari Islam kemudian menyelewengkannya di tambah dengan masuknya oknum kedalam system pemerintahan sebut saja Mustafa Kemal Attatruk yang saat itu telah mempunyai peran yang penting dalam masa kekholifahan. Saat itu kekholifahan dihancurkan dari luar dan dalam. Maka dari itu kita gunakan pola serupa untuk kebangkitan Islam yamg mulia.

1 komentar:

M Yusuf mengatakan...

saya belum melihat fakta perpecahan-perpecahan khususnya yg lebih mendetail pada kurun kini yg dikhawatirkan oleh sang penulis, jadi ga ada yg harus dikhawatirkan kan?